Langsung ke konten utama

mengenal tepung terigu

Postingan dengan label #cooking ditulis agar kelak ketika memasak kue-masakan apapun bisa lebih cekatan memilih bumbu dan segala bahan dasarnya. Mari memasak ^^

Dua pekan lalu, saya belajar membuat molen bersama mbak ipar. Sejatinya, memasak di abad ini adalah salah satu kemudahan. Bayangkan, segala jenis bumbu telah diproduksi instan oleh beberapa pabrik, tinggal ke pasar deh. Beda cerita dengan cara memasak di jaman mbah dulu, ada jalan panjang untuk menikmati sebuah hidangan yang mungkin kini sederhana tapi mewah di saat itu. Ibaratnya, dulu untuk makan ayam goreng, mbah harus berlarian nangkap ayam-mencari kayu bakar untuk tungku-meracik bumbu satu persatu dari ladang. Dari metamorfosis cara memasak, tentu ada skill masak yang mesti diasah, misal kejeniusan karena keterbatasan alat-atau bahkan minimnya bahan yang ada di rumah (ini antara hemat dikantong dan kepuasan di lidah dan perut). Yeah, dapur yang ada tak selengkap dapur di tivi-tivi. hahahaahhaha. yuk menabung buat kitchenseet **9 

Oke, mari kembali ke topik. membuat molen ternyata ngga seribet yang pernah ada dipikiran saya. Yap, molen adalah salah satu jajanan favorit saat pasar jumat di kampus dulu. Seringkali antrian  panjang bukan masalah super untuk sekedar menikmati 3ribu molen rasa keju dan pisang, happy aja.
 Untuk membuat kulit molen ada 4 bahan yang dicampur :
1. Tepung
2. Margarin (dilelehkan)
3. Vanili   
4. Air
Keempatnya diuleni hingga adonan menjadi kalis. Trus, adonan didiamkan 15 menit, lalu digilis sampai tipis (semakin tipis, semakin crunch). kalo ngga ada alat gilisan, bisa pake gelas kaca. Baru deh diisi isian sesuai selera. dan dilipat ala pak lik-pak lik yang jualan molen :D

Dari sesi masak ini saya belajar bahwa:
ada 3 jenis tepung terigu yang bisa digunakan sesuai kebutuhan. sederhananya terigu dikategorikan sesuai persentase proteinnya,  tepung terigu mengandung protein yang disebut gluten. Gluten adalah protein yang tak larut dalam air-bersifat kenyal dan elastis. Contohnya: 

1. Tepung terigu protein rendah 
 Tepung ini punya gluten yang sedikit (9-11%) yang memiliki kemampuan serap air paling kecil, sehingga bercita rasa renyah. tepung ini untuk membuat aneka gorengan, lumpia dan kue kering.
2. Tepung terigu protein sedang 
Tepung serbaguna dengan presentase gluten (11,5-13 %). Tepung ini rasanya wajib ada di dapur karena gunanya yang multi fungsi dan bikin hemat kantong. hihi 
3. Tepung terigu protein tinggi
Gluten yang tinggi membuat tepung ini bisa mengembang dan elastis. Misalnya untuk membuat pizza, roti dan mi. 

Ayo selektif dalam berbelanja, Gute Nacht ! 


1. gluten

Komentar

Postingan populer dari blog ini

harta dan ilmu

Suatu malam dalam gelisah, aku mencoba mengalihkan rasa cemas ini dengan scrolling ig. lalu aku menemukan sebuah postingan yang bercerita tentang pernikahan sebagai ajang perdagangan. Akan kutulis ulang disini: ::: dalam sebuah web, seorang wanita menyatakan dengan umur, kecantikan, dan seleranya yang tinggi berharap menikah dengan pria kaya yang berpenghasilan minimal $500 ribu/tahun (setara dengan 7 M).Ia menyebut dirinya tidak matre, tapi sangat realistis. dijawablah oleh salah seorang investor profesional dengan jawaban yang gokil abiez. ia menilai bahwa menikah dengan wanita ini adalah keputusan yang buruk karena menurutnya pernikahan bagi wanita adalah pertukaran antara kecantikan dan uang. Kelihatan adil dan cukup wajar, tapi ada permasalahan fatal di sini. "kecantikan anda akan sirna, tapi uang saya tidak akan hilang tanpa alasan yang jelas penghasilan saya akan naik dari tahun ke tahun, tapi kecantikan tidak akan menambah. Dari sudut pandang ekonominya disebut bahwa ekon

Yang dicari dalam pernikahan

  Tulisan ini sengaja dibuat untuk mencoba menarik garis merah tentang apa yang aku cari pada sebuah pernikahan. Di bulan Syawal, beberapa teman maju ke tahap itu (pernikahan). Ada rasa penasaran yang ada di benak dan otakku, apakah aku akan sampai di titik itu: menikah-menggandeng-menggendong-belajar sepanjang peran istri dan ibu sampai bertemu Rasulullah dg ridha ortu dan suami. Bukan, aku meyakini jodoh-rejeki dan umur sudah ditulis. Aku mengimani qadha' dan qadar yang selalu kusebut dalam doa, bahkan curhatan ke Allah dan Rasul saat menghabiskan penatnya lampu merah Surabaya. mungkin tepatnya aku penasaran di titik apa nanti aku meninggal dunia. Semoga keturunan shalih-shalihahku bisa meneruskan amalan dan memuliakan yang telah diajarkan gurunya, aamiin. Menganalisa diri untuk merasa siap maju ke pernikahan berkali terevalusi. Ada yang nambah list kriteria, juga menghapus yang tidak urgent.  Rupanya memfokuskan diri untuk mendapatkan apa yang sebenarnya kucari, nggak ada habisn

mengenal diri sebelum mengenal pasangan

Liburan April kemarin ( literally sampai sekarang belum selese bacanyaa, argh) buku Mars and Venus on a Date, diceritakan bagaimana menemukan pasangan yang cocok. Buku karya pak John Gray, PhD menemaniku memahami diri dan belajar psikologi hubungan lawan jenis. Thank you, sir ! Walaupun beberapa hal tetap ada yang disaring, tapi ini cukup worthed buat yang sudah ada prinsip untuk mengelola hubungan dengan baik. Bagaimana bereaksi terhadap harapan untuk memperoleh apa yang kita butuhkan dan menguji diri, serta bagaimana terlibat dalam suatu hubungan panjang.  Di dalamnya belio cerita bagaimana tahapan berpacaran, pola-pola hubungan (yang bahkan cinta dan fisik saja tidak cukup, perlu komitmen, bukti untuk menghidupkan sisi terbaik dalam diri, keterampilan komunikasi, mandiri, berkembang menjadi pribadi yang matang dan mandiri , pengendalian spiritual dan emosional). Jodoh pun tak pernah sempurna. Mereka tidak memiliki semua yang tercantum di daftar kualitas ideal yang sudah ditulis.