Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Vibes Lebaran di Rumah

Lebaran tinggal menghitung jari. Apa kabar target Ramadan? yuk semangat mengejar target. Kali ini aku akan menulis beberapa vibes lebaran ala rumahku. Meski 24 tahun cuman sekali merasakan euforia mudik, lebaran adalah pekan yang ditunggu selama 365 hari. Apa saja ? yuk cekidot !     1. Angpau  Hari ini aku keliling lintas bank yang ada di sepanjang jalan A.Yani Surabaya. Target menukarkan uang angpao untuk bocah. Dari 3 bank yang ada, 2 diantaranya tidak melayani penukaran uang kecil. Satu bank yang terkenal "Indonesia banget" sudah kehabisan stok. Cari akal deh buat tetep ngeramein lebaran meski nanti kirim angpaonya via e-money. Undangan Zoom buat sungkem di keluarga sedang dibikin. Hahaha gimana nanti sungkem ala Zoomnya ? Penasaran!   2. Gulai kambing  Kalo dibeberapa rumah masakannya ayam, di rumah diminimalisir makan ayam. seringnya kambing digulai/kikil. Yha meskipun tidak begitu suka dengan menu ini, aku menghargai bagaimana ibu begadang menyiapkan se

Legowo

Setelah kurapikan kamar tidurku siang ini. sekali lagi aku mendengar ibu kos berteriak berbicara dengan anaknya. Aku sebagai perantau di Kota Makassar, sangat cukup terganggu dengan budaya bicara disini yang selalu menggunakan intonasi tinggi. Ramadan ke-4 jauh dari rumah dan batal mudik. Sebuah derita bagiku. Nasi liwet bikinan ibu, terbayang-bayang dalam tidurku. Tidur gelisah namun pekerjaan memaksaku tetap fokus, on track. Hari ini Makassar terik, orang-orang tetap beraktifitas seperti biasa. Masker hanya dipakai bagi mereka yang 'sadar' akan pola kerja droplet dan bagaimana Covid-19 itu bisa tersebar.    Aku menunggu jemputan bis kantor. Meski aku menyayangkan Covid-19 masuk Indonesia dan belum menandakan penurunan grafik sampai Ramadan tiba, aku bersyukur. melihat orang-orang sekitarku yang lebih hygiene dalam bersikap. Kami tak perlu bersalaman cukup memainkan intonasi dalam berdiskusi dan menanggapi komentar, perokok aktif tidak sembarangan merokok, catering ka

Lebaran , pakaian baru atau decluttering ?

  Aku lupa kapan tepatnya kapan otakku menangkap lebaran sama dengan baju baru dan sandal baru. Mungkin hal ini karena pembiasaan. Iya, sejak kecil sampe umur sekitar 23, baju baru hanya dimiliki saat lebaran idul fitri. Setahun sekali beli 1 pakaian, mulai kerudung-baju-bawahan. Mungkin saat itu juga belum ramai endorsement . Belum ada acara-acaranya yang ‘mengharuskan’ diri menggunakan baju seragam. Saat TK-SD, foto nggak jadi hal pamer yang bisa   uploaded di sosial media. Yang dikenang hanyalah lagu “Baju baru alhamdulillah, dipakai di hari raya. Tak punya pun taka apa-apa masih ada baju yang lama”. Tapi rasanya di lebaran hari pertama orang-orang pamer baju baru yang lucu dan model terbaru. waktu berganti pencarian jati diri terus digali. Sejak usia 23, mulai banyak teman menikah, kembaran baju. Jalan ke mall sama teman, kembaran kaos. Jalan ke luar kota beli kaos etnik. Ada acara kampus, dresscode kaos. Acara diluarpun begitu. Seolah kaos adalah pemersatu umat.   Yah, meski

Yuk, hidupkan malam di 5 akhir Ramadan ini !

  Pada tahun-tahun yang lalu saat memasuki 10 hari Ramadan, masjid-masjid berlomba mengadakan acara untuk menghidupkan malam. Salat tahajud, tadarus bersama, bahkan khataman dalam sekali pertemuan dengan jamaah yang ada, hal ini tak lain agar bersemangat itikaf. di luar masjid pun, orang-orang semakin giat berbagi saat takjil dan saur. Tapi di tengah pandemi ini, orang-orang bingung karena pemerintah menutup beberapa masjid dan mencegah adanya kerumunan. Mereka bingung bagaimana dalam kondisi ini tidak menghilangkan kegiatan menghidupkan malam.   Ummi Fairuz membahasnya dalam podcast tentang apa yang bisa dilakukan untuk menghidupkan seribu bulan. Yuk, kita simak ! 1.        Minimal jaga salat isya dilanjut tarawih Jadikan shalat sebagai prioritas. Ajak seluruh isi rumah untuk beribadah bersama. 2.        Baca qur’an dan dzikr 3.        Jaga salat tahajud dan subuh 4.        Setelah subuh, baca lagi Qur’an dan dzikir 5.        Bagi ibadah dengan dhahir dan batin Perba

Belajar dari Montessori

Dua minggu ini aku sedang senang melihat vlog kelurga Kimbab Family. Sebuah keluarga yang lahir dari ibu asal Indonesia dan bapak dari Korea.  Hidup dengan dua latar belakang yang berbeda budaya, membuatku menilai mereka menomor satukan saling menghargai dan menjadi pendengar yang sabar. Mama Gina dan Appa Jay membebaskan anaknya untuk berkreasi di rumah. Mereka punya 3 anak dengan jarak yang cukup dekat namanya Suji, Yunji dan Jio. Menurutku ini sangat melatih kesabaran. Terlebih, mama Gina yang harus adaptasi lagi budaya baru untuk tinggal di Korea. Dalam beberapa konten vlognya, Mama Gina dan Appa Jay cukup kooperatif mengembangkan dan mengarahkan keinginan anak mereka. Mama Gina dan Appa Jay rajin mengapresiasi anaknya mesti dalam hal sepele seperti saat Suji membantu mengaduk adonan cookies , Yunji yang usil memakan adonan dan Jio yang ikutan Yunji cemilin gula. Aku suka cara Mama Gina saat bersikap marah, dia cuman main mata, masang mimic tidak suka dan anak-anak maupun Ap

Pesan Kakak

Di akhir sebuah penantian, kini Ramadan akan bisa kembali melihat sinar matahari. Ia bahagia bisa membaca email dari kakaknya. Wilt you ook de brief lezen ? come on ! ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Hai Ram, apa kamu bisa membaca lagi ? selamat datang di bulan Ramadan. Kutulis ini di saat kamu telah menemukan donor mata. Mungkin ini adalah pekan kedua   setelah kau menjalani operasi. Doaku selalu ada sejak aku mengenalmu. Sejak kau bertemu ibu untuk mengirim titipan bude. Semoga matamu kembali berfungsi dan bisa memahami segala isi dunia dengan lapang dada. Aku akan menyelesaikan studiku agar lekas kembali bisa bercanda denganmu. Aku sangat merindukan itu. Aku sudah memesan tiket untuk pulang ke Klaten. Dua minggu setelah jadwal wisuda, aku berencana pulang. Tapi maaf, rupanya Edith Schippers mengeluarkan suratnya untuk menghimbau warga agar tidak keluar. Belanda lock down . Penerbangan inter

Kebijakan, Sebuah Didikan menjadi Bijak

Kamu merasa nggak sih, ragam penyesuaian mulai terbentuk dengan adanya pandemi ini? Dari yang sebelumnya perfeksionis menjadi selow , sebelumnya menitipkan anak agar tidak mengganggu rapat menjadi membebaskan anak bereksplorasi, sebelumnya senewen dengan hasil paper   ambigu tidak berkalimat efektif menjadi saling menyemangati. Bahkan yang sebelumnya ngitungi jam buat jadi pemalas bisa bebas malas dan bermanfaat dengan rabahan di kamar (a.k.a isolasi ODP di Rumah) sampai bosan jadi pemalas. Eh gimana tu rasanya, haha. Begitulah tekanan membentuk pribadi seorang. Semoga setelah masa pandemi ini berakhir, orang-orang jadi saling memahami dan penerimaan takdir. Manusia jadi mahir mengontrol emosi sampai menjadi awet bijak. Ngobrolin bijak-kebijakan. Aku jadi teringat obrolan dengan teman tentang Kampus Merdeka. Sebuah kebijakan baru Menteri Pendidikan dan Budaya (MENDIKBUD) dalam upaya akselerasi perguruan tinggi menuntut ilmu lintas disiplin. Lalu apakah langkah ini bisa membua

Penanggulangan sampah jika PDP rawat jalan

Menjaga pola hidup sehat sering diucapkan orang sekitar sejak pandemi ini mulai masuk Indonesia. Terlebih saat aktivitas kita jadi berpengaruh karenanya. Tim kesehatan di beberapa rumah sakit rujukan sudah bekerja maksimal untuk menyelesaikan misi. Faktanya, memang peralatan kesehatan dan tim tidak seimbang dengan masuknya pasien sehingga beberapa Pasien Dalam Pengawasan (PDP) ada yang dirawat jalan. Dari cerita teman dokter yang bekerja di RS, PDP yang dirawat di rumah adalah pasien yang memiliki gejala dan telah keluar hasil tes namun tidak terlalu membutuhkan  alat bantu seperti ventilator. Sehingga dokter hanya memberi obat seperti penurun panas, batuk dan pereda nyeri. Selain obat, pembiayaan rawat jalan maupun rawat inap telah diatur berdasarkan SK. Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/238/2020 tentang Petunjuk Teknis Klaim Penggantian Biaya Perawatan Pasien Penyakit Infeksi Emerging (PIE) Tertentu. Klaim ini hanya bisa dilakukan bagi 1) Orang Dalam Pemantauna (ODP) usia di

Mengapa bertawasul ?

Pertanyaan ini muncul saat aku kembali menginjakkan kaki di pesantren tahun 2016. Kembali menjadi  santri nyatanya adalah pilihan yang disetujui orang tua selepas sarjana. Terlepas ingin merasakan euforia pengalaman bekerja maupun proyek, aku menjalani peran santri ini dengan belajar telaten melapangkan hati. Rupanya, hari-hari menjadi santri di umur yang kata orang adalah quarter life crisis tidak mudah. Setiap hari selama sebulan masih menangis, bertanya ke diri sendiri apakah ini jalan yang benar ? meyakinkan diri sendiri untuk bersikap lapang dan berdoa agar waktu disini menjadi bermanfaat kelak.  Bahkan setiap keluarga berkunjung menjenguk, aku masih menguatkan diri. Rutinitas pesantren ini berbeda dengan pesantrenku sebelumnya. Budaya bersarung, berbahasa krama, berjalan mundur menggunakan lutut dan menunduk saat bertemu guru sangat terasa. Dalam suatu kajian, aku memahami bahwa ternyata ini adalah cara untuk menghormati guru, sang pembawa ilmu bagi muridnya. Malam jum

Wanita-wanita mulia Rasulullah (2)

Kali ini akan kutulis  lanjutan kisah  wanita-wanita  mulia Rasulullan untuk mengenang haul Sayyidah Aisyah (17 Ramadan). Artikel ini disadur dari kajian bersama Umi Fairuz  Ar-Rahbini istri dari Buya Yahya di Podcast beliau. Semoga dengan  tulisan ini dapat menjadikan kita untuk mengenal dan orang mencitai terhadap wanita yang dicintai Rasulullah SAW. Sehingga kita diberikan ridha bertemu di kehidupan setelah kematian nanti, Aamiin.  Sayyidah Aisyah dilahirkan oleh ibunda Ummu Rumman, sahabat karib dari Sayyidah Khadijah (Istri pertama Rasulullah). Allah memberikan Sayyidah Aisyah kelebihan sejak kecil dengan memberinya lingkungan yang baik. Beliau terlahir setelah masa kenabian, sehingga tidak mengenal kemusyrikan. Ayah dan ibunya adalah orang yang menjaga iman bersama Rasul. Saking  baiknya pendirian Sayyidah Aisyah, beliau dijuluki sebegai Shidiqqiyah binti As-shiddiq. Sejak kecil, Nabi menyayangi sayyidah Aisyah karena kecerdasannya dank arena saat itu Aisyah adalah ana