Seiring bertambahnya usia banyak
sekali pertanyaan yang terngiang di kepala. Salah satunya adalah, Apakah aku
bisa berada di level hidup yang nyaman, yang selama ini orang tua berikan ?
Pikiran ini muncul setelah
membaca artikel dan Tweet tentang Sandwich
Generation. Tentang generasi milenial
yang harus menghidupi orang tua atau anggota keluarga lainnya. Bagi yang sudah
menikah, selain harus memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri, generasi ini harus
menanggung pula beban finansial orang tua atau saudaranya. Sandwich Generation
dihasilkan karena adanya kegagalan dari generasi sebelumnya dalam merencanakan keuangan.
Untuk memutus mata rantai Sandwich Generation, yang bersangkutan idealnya memiliki penghasilan yang
memadai. Selain itu, diperlukan perencanaan keuangan yang hati-hati. Mbak Wina
dalam kuliah online manajemen
finansial menitik beratkan siapapun untuk belajar belanja dan tetap berperilaku
wajar dalam fashion. Belajar belanja
artinya, tidak kalap atau berlebihan dalam memutuskan untuk mengambil cemilan,
baju sampai destinasi wisata saat lapar hiburan dunyawi.
Sejak mambaca itu, aku jadi
meragu. Sadar bahwa kenyamanan yang selama ini aku rasakan tidak akan pernah
terjadi saat aku terjatuh dan berdiam untuk bersyukur. Pengertian level hidup
nyaman buat aku adalah, tidak pernah kekurangan saat menginginkan sesuatu
selalu ada, keperluan dasar terpenuhi, perut selalu kenyang, dan tempat tidur
dengan kipas yang semiliwir. Jika salah
satunya hilang, aku mulai merasa gelisah. Kenapa ? mungkin karena semua
kenyamanan itu sudah menjadi hal yang biasa. Saking biasanya, aku lupa kalau itu bisa jadi alasan untuk bisa
lebih bersyukur. Mungkin juga karena kenyamanan ini sudah ada sejak dari kecil.
Sehingga aku jadi terbentuk untuk berpikir bahwa semua itu keharusan. Jika salah
satunya hilang, aku merasa menjadi orang paling sengsara di dunia . tapi
kenyatan semuanya tidak begitu. Itu semua karena bentuk tanggung jawab orang
tua aku, sebuah pilihan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu datang hari dimana aku harus
berdiri sendiri dengan modal seadanya. Segala yang aku mau berubah jadi kerja
lebih keras terlebih dahulu. Nabung di awal bulan atau bahkan puasa di akhir
bulan. Aku sadar keraguan finansial ini akan selalu ada di setiap level
kehidupan. Karena kebutuhan kita yang terus bertambah sebagai dampak gaya hidup. Mungkin aku
bukan seseorang yang kaya di dunia ini. Kaya berupa materi itu gak ada
batasnya. Siapapun bisa menjadi kaya di dunia ini. Dari situ aku sadar kalo
diri kitalah yang memberi batas. Mungkin dengan menyadari bahwa sebenarnya
tidak semua keinginan harus terpenuhi. Oleh karena itu, arti nyaman buat aku
berubah menjadi mensyukuri setiap keadaan hidup. Bukannya aku memakasakan diri
menjadi seorang yang bijak. Tapi berdamai dengan keadaan memberikan rasa nyaman
yang bernilai lebih dari materi.
Waktu berlalu dan segala ragu
serta tanya terjawab. Apa aku bisa menikah dengan uang sendiri. Apa bisa bayar
sewa kamar. Apa mungkin bisa sewa kamar yang lebih layak. Kalo saja selama ini
aku selalu fokus pada kekurangan. Aku selalu saja tidak mungkin bahagia. Perlahan
tapi pasti hidup selalu bergerak membaik. Dengan kemampuan dan kemauan diri
untuk membawa hidup ke level nyaman dan sesuai kebutuhan. Rupanya orang tuaku
memulai semuanya juga begitu. Mungkin orang tua kamu juga. Jadi semua itu hanya
proses yang memang harus dijalani. Maka aku simpulkan bahwa, ragu dan Tanya akan
selalu ada. Tapi keyakinan dan usaha siap menjadi jawaban. Bismillah, YAKUSA (YaKin Usaha SAmpai).
Tentang kegelisahan dan keraguan selama hidup ini, semoga dzikir dan shalat selalu menjadi pendamai hatimu, Nak.
#BERSEMADI
#HariKe-8
#HariKe-8
#DiRumahAja
#FLPSurabaya
#FLPSurabaya
Komentar
Posting Komentar