Pertanyaan ini muncul
saat aku kembali menginjakkan kaki di pesantren tahun 2016. Kembali menjadi
santri nyatanya adalah pilihan yang disetujui orang tua selepas sarjana.
Terlepas ingin merasakan euforia pengalaman bekerja maupun proyek, aku
menjalani peran santri ini dengan belajar telaten melapangkan hati. Rupanya,
hari-hari menjadi santri di umur yang kata orang adalah quarter life crisis
tidak mudah. Setiap hari selama sebulan masih menangis, bertanya ke diri
sendiri apakah ini jalan yang benar ? meyakinkan diri sendiri untuk bersikap
lapang dan berdoa agar waktu disini menjadi bermanfaat kelak. Bahkan
setiap keluarga berkunjung menjenguk, aku masih menguatkan diri.
Rutinitas pesantren ini
berbeda dengan pesantrenku sebelumnya. Budaya bersarung, berbahasa krama,
berjalan mundur menggunakan lutut dan menunduk saat bertemu guru sangat terasa.
Dalam suatu kajian, aku memahami bahwa ternyata ini adalah cara untuk
menghormati guru, sang pembawa ilmu bagi muridnya. Malam jumat menjadi
kebahagiaan kami saat itu. Bershalawat, membaca barzanji dan burdah, berkreasi
dalam kegiatan bulanan muhadharah, bekerja bakti di hari jumat dan bisa
berkabar dengan orang luar (meski per anak dapat jatah waktu 10 menit saja agar
rata). Ahya, tak lupa bisa bebas menggunakan kompor di dapur, meski hanya
memasak indomie atau cireng. Kami cukup bahagia di hari jumat.
Dalam segala rutinitas
yang dilakukan berjamaah, pemandu acara selalu membaca tawasul kepada
Rasulullah – ahlu bait - sahabat – tabi’in – orang tua – guru dan
sesepuh pendiri pesantren sebelum berdoa. Aku tak cukup malu untuk menanyakan
ini kepada mbak-mbak senior. Mengapa tawasul selalu dilakukan dalam segala
kegiatan. Beberapa menjawab agar doa diijabah, bentuk penyambung doa (wasilah),
bahkan ada yang bilang untuk mengirim doa ke orang terdahulu. Segala puji bagi
Allah, pemilik ilmu di alam ini. Pertanyaan itu terjawab dalam kajian daring
oleh Buya Yahya. berikut kutulis rangkumannya, semoga terikat dan bisa
istikamah untuk mengamalkan.
Tawasul dalam
pengertiannya adalah meminta kepada Allah tapi membawa sesuatu yang dicintai
dan dimuliakan Allah seperti amal sholih (makhluk, makluk = segala benda
hidup/mati yang diciptakan Allah). Tawasul terbagi menjadi 2 :
- Tawasul bid du’a : tawasul dengan doa. Artinya kita datang kepada orang sholih untuk mendoakan kita. karena kita menduga doa akan terkabul. Contoh kita mendatangi orang yang datang haji dengan niat agat doa kita bisa terijabah. Meminta kepada allah dengan membawa orang mukmin.
- Du’a bi tawasul : doa dengan tawasul. Memohon kepada Allah yang didalamnya ada tawasulnya (membawa yang dicintai oleh Allah).
Adapun hadist yang
membahas tentang Du'a bi tawasul diantaranya :
- Dalam hadist bukhari, dikisahkan ada 3 orang yang terjebak dalam gua. Untuk menyelesaikan masalahnya, ketiga orang tersebut berdoa meminta kepada Allah (dengan membawa kebaikan yang pernah dilakukan) agar batu yang menutupi dari gua terbuka dan mereka bisa keluar. Orang pertama berdoa dengan terlebih dahulu menyebut kebaikan yang pernah ia lakukan pada ibunya lalu memohon agar Allah membukaan gua. Batu yang menutupi gua pun bergeser. Orang kedua berdoa dengan menyebutkan cara dia bertaubat saat hendak bermaksiat. pun begitu dengan orang ketiga, menyebut amal sholih yang pernah ia lakukan. seketika batu bergeser dan mereka berhasil keluar dari gua.
- Periwayat hadist dari Utsman bin Khunaif tentang kisah seorang buta meminta pertolongan kepada Rasul agar beliau mendoakan kesembuhan untuknya. Kemudian Rasul menyuruhnya untuk mengambil wudhu dan shalat 2 rakaat. Setelah shalat diajarkan berdoa yang artinya : “Ya Allah sesungguhnya aku menghadap kepadamu dengan membawa Nabi-Mu.” – hadist ini dhaif.
- Dalam hadist Bukhari juga dikisahkan tentang keinginan masyarakat untuk didatangkan hujan dengan shalat istisqa. Mereka berdoa dengan membawa paman nabi sebagai amal sholih yang dicintai Allah. Mereka berdoa “ Ya Allah sesungguhnya aku dulu memohon kepadaMu dengan membawa nabiMu. Dan sesungguhnya kini aku membawa paman Nabi-Mu maka berikan kami curahan air.”
Lalu bagaimana cara
bertawasul ?
Dari kajian tersebut, aku mencoba membuat rumus untuk bertawasul
T = MkA + AS + H
T= Tawasul
MkA = Memohon kepada Allah
AS = Amalan Shalih
H = sebutkan Hajat
Contoh :
Ya Allah aku memohon kepadamu. Sungguh tiada aku bisa berbuat menulis ilmu tanpa qadrMu. Sampaikan rasa rinduku pada Nabi-Mu. Beri aku kemudahan dalam menuntut ilmu. Sungguh engkau Maha pengasih lagi pemurah.
Dari kajian tersebut, aku mencoba membuat rumus untuk bertawasul
T = MkA + AS + H
T= Tawasul
MkA = Memohon kepada Allah
AS = Amalan Shalih
H = sebutkan Hajat
Contoh :
Ya Allah aku memohon kepadamu. Sungguh tiada aku bisa berbuat menulis ilmu tanpa qadrMu. Sampaikan rasa rinduku pada Nabi-Mu. Beri aku kemudahan dalam menuntut ilmu. Sungguh engkau Maha pengasih lagi pemurah.
---------
Sungguh Allah maha
mengetahui segala isi hati dan bahasa. Yuk, atur jadwal untuk meminta hajat di
sisa Ramadan ini. Selamat menyampaikan isi hati dan mengejar target tahun ini. Fighting!
#BERSEMADI
#HariKe-12
#DiRumahAja
#FLPSurabaya
#HariKe-12
#DiRumahAja
#FLPSurabaya
Komentar
Posting Komentar