Syukur kuucapkan atas kesehatan keluarga di rumah. Malam ini,
malam ke-11 Ramadan 1441 H. Dibalik syukur ini, aku merindukan Itikaf. Kegiatan
berdiam diri di masjid untuk mencari ridha Allah dan bermuhasabah. Bicara tentang
masjid, aku selalu ingat bagaimana perjuangan Bilal bin Rabah. lalu apa hubungannya dengan tugas mulia seorang bilal ? akan aku kupas disini. Tulisan ini terinspirasi dari tugasku sebagai bilal shalat tarawih #DiRumahAja untuk pertama kali.
Seorang budak
yang masuk islam ketika diperbudak, Bilal bi Rabah berasal dari Ethiopia (dulu bernama
Habsyah) terkenal dengan kulit hitam
legam yang manis. Majikan bilal terus menerus untuk mempekerjakan Bilal, sejak
ia tahu bahwa Bilal meyakini Islam. Hal ini tak lain, agar bilal tersiksa dan
kembali ke kepercayaan sebelumnya. Bilal selalu mengucap ahadun-ahadun-ahadun, yang berarti ia mengimani ke-Esaan Allah azza wa jala. Mendengar kabar tersebut,
bilal dimerdekaan oleh Abu Bakar As-Siddiq RA.
Ajaran islam turun ke bumi secara bertahap. Dari membaca
kalimat syahadat, sholat, puasa, zakat hingga haji ke tanah suci bagi yang
mampu. Allah Maha mengasihi hambanya. Begitu pula Rasulullah yang amat sangat
faham bagaimana umatnya. Dalam sejarah sholat pun, kita mengenal isra mikraj. Sebuah
perjalanan Nabi menuju langit ketujuh yang mendapat perintah shalat 5 waktu. Saat
itu, salat tidak langsung dilaksanakan di masjid secara berjamaah ramai seperti
sekarang. Dakwah shalat dilakukan diam-diam. Dari satu keluarga ke tetangga. Di
Madinah, ketika ajaran shalat sudah berkembang. Nabi dan para sahabat
berdiskusi mengenai cara apa yang bisa digunakan agar shalat bisa dilakukan
berjamaah. Ada yang merekomendasikan menggunakan lonceng sebagaimana kaum
Nasrani, terompet seperti kaum Yahudi dan menyalakan api di tempat tinggi agar
yang tinggal di gurun jauh bisa melihat waktu shalat telah tiba. Semua usul
ditolak oleh Nabi. Hingga seorang menyarankan kepada Abdullah bin Zaid untuk
mengucapkan rangkaian kalimat sebagai penanda waktu shalat tiba.
Nabi Muhammad menyetujui dan meminta Abdullah bin Zaid untuk
mengajarkan kepada Bilal bin Rabah yang dikenal dengan suara merdunya. Kalimat azan
didapatkan dari wahyu Nabi dan ditulis untuk diajarkan ke Bilal bin Rabah. Maka
sejak saat itu (tahun kedua Hijriah), waktu shalat ditandai dengan azan yang dikumandangkan
oleh Bilal bin Rabah dengan takdzim dan lantang. Kalimat azan berserta artinya
:
Allahu akbar, allahu akbar [2x]
(Allah maha besar, allah maha besar)
Asyhadu anlaa ilaaha illallah [2x]
(Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah)
Asyhadu anna muhammadar Rasulullah [2x]
(Aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah rasul allah)
Hayya alash sholah [2x]
(Mari menunaikan salat)
Hayya alal falah [2x]
(Mari meraih kemenangan)
Allahu akbar, allahu akbar [1x]
Laa ilaaha illallah [1x]
(Tiada tuhan selain Allah)
Sungguh tiada azan yang lebih indah selain ajakan shalat yang
dilantunkan Bilal bin Rabah. Saat Rasulullah akan dimakamkan, Bilal bin Rabah
berdiri untuk mengumandangkan azan. Saat
di kalimat asyhadu anna Muhammad rasulullah
(aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah), suaranya terisak
dan terbata. Seketika segenap kaum Muslim menangis. Sadar bahwa pemimpin yang
dicintainya telah menghadap Allah, Pemilik alam. Madinah memberi kesan rindu
yang amat dalam bagi Bilal bin Rabah, hingga ia meminta izin ke Khalifah Abu
Bakar untuk pergi dari Kota Nabi.
Suatu hari dalam mimpinya, Bilal bertemu Rasulullah. Rasulullah
bertanya, “wahai Bilal, mengapa engkau tak menjengukku lagi ?”. Seketika Bilal
pergi ke Madinah untuk mengunjungi makam Nabi dan rumah ahlul bait. Di madinah, disambutlah bilal oleh dua cucu kembar
Nabi, Hasan dan Husein. Saat waktu shalat
tiba, kedua cucu Nabi meminta Bilal untuk kembali mengumandangkan azan. Hal ini
didukung oleh Umar bin Khtattab. Bilal pun memenuhi permintaan ketiga orang
terdekat Nabi itu.
Ketika bilal mengumandangkan kalimat azan seketika seolah
Rasulullah hadir. Penduduk madinah berbondong-bondong menuju masjid Nabawi
dengan menangis saking merindukannya
suasana indah bersama Rasulullah. (Bersambung).
Sepanjang menyusun blog ini, membuatku rindu akan hadirnya Rasulullah. Semoga kelak kita mendapat syafaatnya dan dapat berkumpul bersama Rasulullah wa azwajihi wa dzurriyatihi ashabihi wa tabi'ina wa jami'i masyayikhina, aamiin.
#BERSEMADI
#HariKe-3
#InspirasiRamadan
#DiRumahAja
#FLPSurabaya
#InspirasiRamadan
#DiRumahAja
#FLPSurabaya
Komentar
Posting Komentar