Hari ke tujuh ikut challenge
BERSEMADI. Mulai bingung nulis apa. Saking
banyaknya konten yang berkeliaran di
feed dan story Instagram. Ternyata
nulis itu butuh banget numbuhin semangat diri dan niat yang tatak untuk
nuntasin. Selain niat dan agar tidak bingung, kata temenku (jago banget
nulis jurnal, sudah 38 judul yang terpublikasi di usia 25, gila!). "Nulis itu
bikin outlinenya dulu baru cari
isinya" ucapnya sewaktu kuminta nasihat review jurnal. Aku tidak menyalahkan orang-orang yang nulis by doing on outline dan isi bahasan, ini tentang efektifitas dan
efisiensi waktu dalam bergerak (lagi sempit waktu gerak soalnya H-11 pengumpulan fufufu). Konon si temenku ini bisa bikin review jurnal cuman seminggu
dan diterima penertbit jurnal Q2. WOW!
Di hari ke 14 Ramadan ini, aku berniat untuk puasa sosial
media agar jobdesk dan target bisa
selesai 2 hari sebelum dateline. Bosen selama nulis dan review jurnal pasti ada, scrolling
story Instagram bisa jadi penyembuh kejenuhan. Tapi pernah (atau malah
sering ya) jadi keterusan dan lupa waktu euy.
Entah karena alarm perutku yang kehabisan batre atau sembrono, heheu. Tepat pukul 2
dini hari tadi aku uninstall sosial
media yang menurutku distraktif. Then whats next, setelah puasa Ramadan
dan sosial media ?
Cari penghiburan yang mendukung ketenangan jiwa dan hidup. Belum
tahu sih, hasil apa yang akan terjadi padaku setelah dua pekan tanpa sosial
media. Semoga masih bisa silaturahmi dengan teman-teman. Bicara tentang
silaturahmi, aku jadi ingat satu temen SMA yang dulunya sangat aktif, cerdas
dan berpendirian tapi mulai hilang semenjak kuliah. Meski nggak kenal dekat,
tapi aku selalu kagum sama prestasi yang dia raih semasa SMA. Sewaktu berkunjung
ke beberapa blog, akhirnya aku menemukan blognya. Waktu berlalu, people berubah. Yhaa, meski nggak berubah
secara keseluruhan. Aku merasa semakin bertambah umur seseorang, semakin realistis dalam bersikap dan membuat
keputusan. Aku mencoba memahami itu. Mungkin banyak faktor salah satunya, karena paham
bahwa Allah itu dekat dan Maha Esa. Hasil silaturahmi di blog itu nggak cuman
sekedar tahu gimana kondisi temen kita, tapi kita juga bisa belajar gimana berfikir
dari sisi yang beda. Sisi yang bukan 'aku'. Dengan berfikir seperti ini, kita
jadi semakin luwes, nggak gampang naik darah untuk menerima kritik atau pendapat
orang karena nafsu.
FYI, ini ngetik sambil denger kajian kitab Minhaj Al Abidin. Yang
juga bahas tentang nafsu. Dorongan (nafsu) kuat untuk melakukan tekad yang
bulat, adalah dorongan dari Allah. Sedangkan dorongan yang mengakibatkan
keraguan, adalah dorongan dari malaikat mulhim (kedudukan malaikat ini sebegai
penasihat manusia, dengan harapan manusia memenuhi kebaikan seperti niat di
awal. Tapi malaikat ini nggak bisa mengetahui isi hati kita). Euy. Malaikat yang kita ingat sejak
kecil dan wajib di hafal ada 10. Ternyata masih banyak malaikat lainnya yang
punya tugas masing-masing. Allah Maha hebat, subhanallah. Dorongan kebaikan setelah melakukannya adalah kuasa
Allah. Allah berfirman “Barang siapa berjuang dijalanKu, maka sungguh Aku akan
menunjukkan kepadanya jalan-jalan menujuku. Orang-orang yang diberi petunjuk maka allah
akan menambah petunjuk kepadanya”. Adapun nafsu yang ketiga adalah dorongan
yang datang dari keyakinan dan amal batin, adalah kuasa Allah. Contoh dorongan
hati adalah syukur, sabar dan zuhud.
Banyak pola kesabaran yang ada di kehidupan ini. Dari hal
yang kecil sampai ketidakidealan hal besar. Sepertinya Allah selalu ngajarin
hambanya untuk dinamis menjalani ujian sabar dalam hidup untuk bersyukur dan
menerima. Yuk tingkatin level ujian sabar di kehidupan !
#BERSEMADI
#HariKe-7
#DiRumahAja
#FLPSurabaya
#HariKe-7
#DiRumahAja
#FLPSurabaya
Komentar
Posting Komentar