Hai, selamat berbuka puasa di hari ke 17. Selamat datang
di peringatan turunnya Al-Quran. Kitab pedoman semua manusia. Wah, nggak terasa
cepet banget rasanya Ramadan lewat gitu aja. Nggak kerasa karena nggak ada lagi
buka bersama ramai-ramai, nggak ada lagi reuni SD,SMP,SMA atau organisasi. Grup
WhatsApp nggak seramai biasanya, beda euforianya. Ramadan kali ini penuh nikmat
untuk mengenal orang yang di rumah, keluarga. Kali ini aku mau ngebahas tentang
gimana rasanya pandemi Covid19 ini mempengaruhi rutinitas belajar.
Bagi kalian seorang mahasiswa, mungkin ini pekan ke 6 atau 5
sejak pengumuman WFH dikeluarkan. Gimana rasanya denger kuliah/ceramah via online, panas nggak sih telingamu atau
mata natap layar terus-terusan ? hahaha. Bagiku yang juga ‘masih’ mahasiswa,
kerasa banget bedanya. Mulai dari nggak
ribet di jalan, nggak kepapar polusi di jam peak jalanan A.yani sampe Merr, macet di jalan, hemat duit di
bensin, jajan sampai nyegerin pikiran (entah main Timezone, beli jus jumbo
Keputih, Potato corner, spa, renang, gym, cobain jajanan food court di Galaxy Mall sampai nonton di XXI). Wah, semoga nanti setelah pandemi ini selesai
aku nggak kalap memanjakan diri.
Sejak Covid19 ini, ngerasa ‘hiburan’ itu ada di diri kita
sendiri. Kita yang membuat hati bahagia. Do any thing untuk menjaga kewarasan
bosan di rumah. Kelas online yang diawal-awal pandemi ini rasanya ngga
seleluasa kelas sesungguhnya. Nggak ada diskusi mendalam. Kayak, semua (dosen
dan mahasiswa) hanya menggugurkan kewajiban untuk mengajar dan diajar. Hal ini
terjadi mungkin karena fasilitas internet yang nggak mendukung, ada yang lancar
karena di rumah terfasilitasi WIFI, nunut WIFI
tetangga, sampai cari sinyal hingga ke gunung atau sawah. Eh, aku kagum
banget sama usaha temen-temen yang hidup di pedalaman untuk tetap bertanggung
jawab memenuhi kewajibannya, mengumpulkan tugas tepat waktu di saat fasilitas
tak lagi setara sama yang di kota. Lalu, apa kabar sama usaha orang kota ? aku
sebagai orang yang ada di kota, merasa bahwa ujian terbesar untuk menyelesaikan
misi ini adalah kemalasan. Padahal lagi Ramadan, tapi kenapa rasanya banyak
godaan setan sih. Ini setan apa nafsu ya ?
Setelah aku tanya ke ustad dan beberapa temen yang ada, 80%
mereka menjawab nafsu. Mengenai pentingnya melawan nafsu yang ada pada manusia,
rupanya pernah dibahas Rasulullah dalam haditsnya (Al Wasa’il jilid 5 bab jihad al Nafs).
Ketika Rasulullah melihat para sahabatnya pulang dari sebuah
ekspedisi militer, beliau bersabda (yang artinya) : “Selamat datang kaum yang
telah menunaikan jihad kecil, dan masih ada bagi mereka jihad besar."
Sahabat lantas bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah jihad
besar itu ?” beliau menjawab “Jihad melawan hawa nafsu.”
Dalam kitab lain, Imam ja’far al shadiq berkata “Barang siapa dapat menguasai
dirinya ketika dia berkeinginan, merasa takut, berhasrat kuat, marah ataupun
senang. Maka Allah mengharamkan raganya bagi neraka.”
Wah, setelah tahu hadist ini ngeri sekali rasanya. Yuk, kita
bikin strategi buat menjaga pola produktifitas agar selalu bahagia. Semoga kita
dijauhkan dari siksa api neraka, saling menutup aib saudara dan saling
mendoakan mukmin. Aamiin. Iman seseorang pasti naik turun, mungkin doa ini bisa
membantu kita untuk terus berada di jalan yang diridhai dalam berjihad besar
melawan nafsu kemalasan.
Allahumma inni a’udzubika
minal hammi wal hazan. Wal ajli wal kasal, wal bukhl wal jubn. Wa a’udzubika
min ghalabatid daini wa qahri rijal.
Artinya : Ya Allah, ya tuhan kami. Sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari keluh kesah dan duka cita dan aku berlindung kepada-Mu
dari lemah kemauan dan malas. Dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat pelit dan
penakut. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan kedzaliman
manusia.
#BERSEMADI
#HariKe10
#DiRumahAja
#FLPSurabaya
#HariKe10
#DiRumahAja
#FLPSurabaya
Komentar
Posting Komentar