Langsung ke konten utama

pesantren


adalah bangunan yang membentuk generasi utuh secara jiwa-rohani. 2/05 saya meng-iyakan ajakan ibu untuk berkunjung ke ibad(si anak bungsu). dia salah satu saudara saya yang membawa harapan keluarga, masih MTs(sekolah setingkat SMP). perjalanan Surabaya-Gresik saya lalui bersama mbak dan ibu sekitar 2 jam,panas terik dan udara kota pahlawan,industri ini tidak saya suka-sesak. tapi menanti senyuman adik akan menjadi obat rindu tersendiri :) maklum sudah kuranglebih 4 bulan nggak ketemu. 

karena berkunjung du hari efektif pesantren(ahad),sesampainya disana kami menunggu sekolah usai sambil menikmati bakso yang sudah jadi andalan pengganjal perut selama kepesantren ini.**nyaam 
memasuki gerbang pesantren-khas kebersamaan menebar seantreo lapangan-gedung-masjid-aula-tempat jemur :) tergelitik dan ingin rasanya kembali menikmati kebersamaan itu.haha berhubung ini masuk dikawasan ikhwan(laki-laki) jadi sekalinya perepuan  masuk, berasa jadi model haha lucunya pas itu nemu mereka yang lagi dihukum (berbaris dilapangan membaca buku). bahkan sesampainya dikompleks kamar adik, nemu segerombol anak yang lagi makan membentuk lingkaran dipinggir lapangan-yah sepertinya ini salah satuyang membuat ukhwah pesantren itu ada. apapun dilakukan secara jama`ah(bersama). 

jalan menuju kompleks kamar ibad 

bahagia
(tawa lega pas liyat ibad sehat)

serprais
(ibad yang bahagia dijenguk,mbak-mbaknya *spesial kunjungan* )


he`s name
(seragam diniyah/sekolah kitabkuning)
serius
(berhubung gak boleh bawa handphone,sekalinya dijenguk-minta telfon buya-melepas kangen)

cheeers dulu
(uwuwu mau uda dua taun,dibilang mau pulang langsung masang wajah sedih-haha)


banyak sharing,minta doa,makan bareng lagi. meski nggak lolos seleksi musbaqoh tilawatil qutub, i proud of you brother :))

man jadda wajada- baarakalloh mengukir prestasi yang lain !

Komentar

Postingan populer dari blog ini

harta dan ilmu

Suatu malam dalam gelisah, aku mencoba mengalihkan rasa cemas ini dengan scrolling ig. lalu aku menemukan sebuah postingan yang bercerita tentang pernikahan sebagai ajang perdagangan. Akan kutulis ulang disini: ::: dalam sebuah web, seorang wanita menyatakan dengan umur, kecantikan, dan seleranya yang tinggi berharap menikah dengan pria kaya yang berpenghasilan minimal $500 ribu/tahun (setara dengan 7 M).Ia menyebut dirinya tidak matre, tapi sangat realistis. dijawablah oleh salah seorang investor profesional dengan jawaban yang gokil abiez. ia menilai bahwa menikah dengan wanita ini adalah keputusan yang buruk karena menurutnya pernikahan bagi wanita adalah pertukaran antara kecantikan dan uang. Kelihatan adil dan cukup wajar, tapi ada permasalahan fatal di sini. "kecantikan anda akan sirna, tapi uang saya tidak akan hilang tanpa alasan yang jelas penghasilan saya akan naik dari tahun ke tahun, tapi kecantikan tidak akan menambah. Dari sudut pandang ekonominya disebut bahwa ekon

Yang dicari dalam pernikahan

  Tulisan ini sengaja dibuat untuk mencoba menarik garis merah tentang apa yang aku cari pada sebuah pernikahan. Di bulan Syawal, beberapa teman maju ke tahap itu (pernikahan). Ada rasa penasaran yang ada di benak dan otakku, apakah aku akan sampai di titik itu: menikah-menggandeng-menggendong-belajar sepanjang peran istri dan ibu sampai bertemu Rasulullah dg ridha ortu dan suami. Bukan, aku meyakini jodoh-rejeki dan umur sudah ditulis. Aku mengimani qadha' dan qadar yang selalu kusebut dalam doa, bahkan curhatan ke Allah dan Rasul saat menghabiskan penatnya lampu merah Surabaya. mungkin tepatnya aku penasaran di titik apa nanti aku meninggal dunia. Semoga keturunan shalih-shalihahku bisa meneruskan amalan dan memuliakan yang telah diajarkan gurunya, aamiin. Menganalisa diri untuk merasa siap maju ke pernikahan berkali terevalusi. Ada yang nambah list kriteria, juga menghapus yang tidak urgent.  Rupanya memfokuskan diri untuk mendapatkan apa yang sebenarnya kucari, nggak ada habisn

mengenal diri sebelum mengenal pasangan

Liburan April kemarin ( literally sampai sekarang belum selese bacanyaa, argh) buku Mars and Venus on a Date, diceritakan bagaimana menemukan pasangan yang cocok. Buku karya pak John Gray, PhD menemaniku memahami diri dan belajar psikologi hubungan lawan jenis. Thank you, sir ! Walaupun beberapa hal tetap ada yang disaring, tapi ini cukup worthed buat yang sudah ada prinsip untuk mengelola hubungan dengan baik. Bagaimana bereaksi terhadap harapan untuk memperoleh apa yang kita butuhkan dan menguji diri, serta bagaimana terlibat dalam suatu hubungan panjang.  Di dalamnya belio cerita bagaimana tahapan berpacaran, pola-pola hubungan (yang bahkan cinta dan fisik saja tidak cukup, perlu komitmen, bukti untuk menghidupkan sisi terbaik dalam diri, keterampilan komunikasi, mandiri, berkembang menjadi pribadi yang matang dan mandiri , pengendalian spiritual dan emosional). Jodoh pun tak pernah sempurna. Mereka tidak memiliki semua yang tercantum di daftar kualitas ideal yang sudah ditulis.