Langsung ke konten utama

menyiapkan ketidakpastian

Semakin bartambah umur ini memahami bahwa prioritas adalah dimana peran dan tanggung jawab harus diselesaikan sesuai urutan. Jika hidup terbagi dua tujuan (akhirat dan dunia), maka dahulukan akhirat. Memutuskan menikah pun, bukan berati mengesampingkan akhirat. Begitu sebaliknya. Semoga niat-niat yang hanya diri sendiri dan Allah yang paham ini, Allah buat romantis dan mampukan untuk mencapai ridaNya. Aamiin.

Menyiapkan ketidakpastian bukan melulu buang waktu. menyiapkan SKD, TPA, IELTS cukup menguras energi, waktu dan uang, haha. Untuk semangat yang naik turun ini, semoga terus ditancapkan di diri, goalsnya apa. Esensinya apakah hanya sekedar gengsi atau untuk mencari kebermanfaatan.

Menyiapkan ketidakpastian seyogyanya tidak meninggalkan asas iman, islam dan pancasila. Menyiapkan ketidakpastian bukan untuk sekedar mengisi waktu kosong tapi untuk menjadi ummat Rasul, yang minimal tidak merugikan diri dengan maksiat yang diperbuat sengaja maupun tidak.  Yang minimal jadi lebih baik hari ke hari. Yang minimal bersikap seperti makna nama panjangmu. Sebuah harapan orang tua, yang semoga Allah mampukan kamu untuk menjadi ‘orang’. Menjadi orang pun bukan sekedar menambah usia, pengalaman, kepemilikan harta dunia dan akhirat. Tapi pemahaman dan pengamalan amar ma’ruf nahi munkar.

Dalam 12 rabiul awal 1446 ini semoga salam rinduku sampai kepada mu, duhai kekasihku, idolaku, nabi Allah. Selamat datang wahai cahaya mataku. Selamat datang wahai kakek hasan dan husain. Yaa Rabb, tunjukilah kami jalan yang ia tempuh. Agar dengannya kami bahagia dengan kebaikan melimpah. Rabbi, demi mulia kedudukannya di sisi-Mu. Tempatkanlah kami di sebaik tempat di sisinya  

 #ADayWith300Words

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

harta dan ilmu

Suatu malam dalam gelisah, aku mencoba mengalihkan rasa cemas ini dengan scrolling ig. lalu aku menemukan sebuah postingan yang bercerita tentang pernikahan sebagai ajang perdagangan. Akan kutulis ulang disini: ::: dalam sebuah web, seorang wanita menyatakan dengan umur, kecantikan, dan seleranya yang tinggi berharap menikah dengan pria kaya yang berpenghasilan minimal $500 ribu/tahun (setara dengan 7 M).Ia menyebut dirinya tidak matre, tapi sangat realistis. dijawablah oleh salah seorang investor profesional dengan jawaban yang gokil abiez. ia menilai bahwa menikah dengan wanita ini adalah keputusan yang buruk karena menurutnya pernikahan bagi wanita adalah pertukaran antara kecantikan dan uang. Kelihatan adil dan cukup wajar, tapi ada permasalahan fatal di sini. "kecantikan anda akan sirna, tapi uang saya tidak akan hilang tanpa alasan yang jelas penghasilan saya akan naik dari tahun ke tahun, tapi kecantikan tidak akan menambah. Dari sudut pandang ekonominya disebut bahwa ekon

Enam pesan "Sabtu Bersama Bapak"

  Well , kita ga bisa memilih karakter orang tua, saudara atau manusia yang hidup sama kita karena manusia dinamis. mereka berubah, tumbuh bersama pengalaman dan ritme yang telah dilewati. Tapi jangan berkepanjangan berekcil hati. Kita punya Allah, lho . yang Maha Hidup. yang Maha Mandiri (tidak memerlukan Makhluk). Dari karakter sekitar, kita bisa memahami, merespon dengan manusiawi, kita bisa ikhtiar membaca buku untuk meredam pikiran, menjawab pertanyaan-pertanyaan di kepala yang konyol bahkan serius dan kita bisa karena Allah ada. Oke, balik ke resume buku yang mau dibahas. Sabtu bersama bapak menjadi buku pilihan yang dipinjam di Perpustakaan provinsi, dua jam sebelum verifikasi lapangan. Dua jam banget karena perjalanan timur ke barat bakal menghabiskan waktu, jadi mari kita mencari hiburan. Buku ini bercerita tentang seorang Pria yang belajar mencari cinta, tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dan seorang bapak yang menyiapkan value kehidupan untuk 2 anaknya, karena dia d

Yang dicari dalam pernikahan

  Tulisan ini sengaja dibuat untuk mencoba menarik garis merah tentang apa yang aku cari pada sebuah pernikahan. Di bulan Syawal, beberapa teman maju ke tahap itu (pernikahan). Ada rasa penasaran yang ada di benak dan otakku, apakah aku akan sampai di titik itu: menikah-menggandeng-menggendong-belajar sepanjang peran istri dan ibu sampai bertemu Rasulullah dg ridha ortu dan suami. Bukan, aku meyakini jodoh-rejeki dan umur sudah ditulis. Aku mengimani qadha' dan qadar yang selalu kusebut dalam doa, bahkan curhatan ke Allah dan Rasul saat menghabiskan penatnya lampu merah Surabaya. mungkin tepatnya aku penasaran di titik apa nanti aku meninggal dunia. Semoga keturunan shalih-shalihahku bisa meneruskan amalan dan memuliakan yang telah diajarkan gurunya, aamiin. Menganalisa diri untuk merasa siap maju ke pernikahan berkali terevalusi. Ada yang nambah list kriteria, juga menghapus yang tidak urgent.  Rupanya memfokuskan diri untuk mendapatkan apa yang sebenarnya kucari, nggak ada habisn