Hai, dua ribu tiga belas. Semoga secerah masa depan. Secerah matahari pagi yang malamnya hujan deras, seunik bunga matahari yang konon sekarang ngga selalu menghadap ke arah matahari. Awal dua ribu tiga belas ini, aku pernah menantang diri untuk menulis 30 hari bercerita. Tapi ya, begitulah masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, ada bolongnya, ada magernya. Tidak konsisten dan komitmen. Menulis efektif? Apa itu, haha. Kadang sebel lo, kok aku masih sama saja dari tahun ke tahun, bersemangat di depan, layu dan guigur di tengah. menyedihkan. Ayo dong, berubah.
Oke biar ngga buluk, mari dukung aku kembali terbiasa menulis blog selama 7 (tujuh) hari ke depan. Merekam jejak digital di blog, di edisi Koridor L. Sebuah tempat aku bertumbuh untuk mendengar, bekerja sama, bekerja sendiri, merenungi tingkah isi manusia yang gokil. Sebuah tempat yang jika salah diterwakan bersama seruangan, walau kadang juga nyebelin dan memalukan. terlebih untuk aku yang introvert semi ekstrovert, halah. Tempat jika salah diingetin (baik pakai intonasi tinggi atau bisik-bisik). Tempat yang dinginnya bikin aku bolak-balik kamar mandi, usil matiin AC di sebelah kanan kepala (biar ngga masuk angin setengah badan). Tempat berbagi kebingungan ngadepin warga Surabaya yang luar biasa pinter. Tempat manusia unik dengan aneka background pendidikan dan karakter yang membuat hari-hari bekerja seolah bermain pasal dan aturan. Bisa juga bermain menghabiskan waktu.
Pekan ini kami setengah longgar, saling melempar pertanyaan random terkait berita di Twitter, Gempa bumi di Syiria dan Turki yang semakni banyak korban meninggal (sedih, semoga Allah memberi kekuatan dan perlindungan, aamiin). Sambil menikmati bakso depan masjid (yang mendadak jadi pasar jumat, yaa meski jualannya gaada telur gulung: siomay, bakso, pangsit, bakwan, es dawet is enough tho :p) aku mencoba mengakhiri diskusi ringan dengan melempar pertanyaan random ke teman-teman, "Bagaimana ya memastikan golongan darah cocok dan anak ngga ada miss penyilangan dari genetik ibuk-bapaknya?" Pertanyaan ini kuungkapkan karena baca artikel dan feed yang menjelas hal tsb, terus jadi overthinking takut kadung suka orang, tapi ternyata ngga cocok bagian ini. uniknya temen-temen memberi saran yang sportif, lho, kayak gini**:
NF: Hah, sis. Ya Tuhan! Aku dulu ngga berfikir sampai ke situ! Alhamdulillah suami golongan darah sama. Rhesus juga. Alhamdulillah.
PP: Mbaak, habis baca apa see. Uda buat rekfleksi dan pengetahuan aja, ngga usa overthinking dah. Makin ngga budal-budal nanti.
SH: Komunikasi lah mbak. Komunikasi semuanya di awal minusnya apa, peluangmu di mana. Ada hal yang bisa ditolerir ngga, pasti bisa direduksi semua kekhawatiranmu dengan komunikasi.
DY: Mbak, blablabla (menjelaskan sisi ilmiah bagaimana faktor XY genetik bekerja). Inget semua bisa dicegah, jaga pola makan-olahraga-clean eating. hidup boleh suka baca tapi jangan overthinking dong, ada yang Maha Kuasa, Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, lho.
DA: Tanyain aja sis, dengan halus dan sopan. Kalo kalian sudah positif untuk sama-sama mengenal satu sama lain. Pastinya hal ini bakal jadi data rahasia, jadi ya pake ajalah itu kode etik yang ga tertulis. jangan bocorin ke orang yang ga tepat semisal kalian ga jadi pasangan ya.
**percakapan sudah disaring dengan saringan teh. Tentu ada becandaannya yang harus diskip, hahaha. Tapi aku jadi terharu, diskusinya bikin aku bersyukur diingetin kalo kita ini menghamba. Apa-apa yang ditakutin (karena takut itu sikap wajar saat belum menjalani hal baru) gapapa boleh diungkapkan. Aku mengapresiasi luar biasa feedbacknya. Aku sempet lupa sifat wajib allah, iradah (maha berkehendak) dan wahdaniyah (Maha Esa). Semangat jalani proses kehidupan! Happy weekend!
.
Komentar
Posting Komentar